MAKALAH TENTANG KEMISKINAN
MAKALAH TENTANG KEMISKINAN DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu
halangan yang berarti. Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Kemiskinan di Indonesia ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Tidak lupa ucapan terimakasih
kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah
ini,
Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya
makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.
Hormat Kami,
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan ..................................................................................................... 1
D.
Manfaat ...................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian kemiskinan ................................................................................................. 3
B.
Konsep Kemiskinan .................................................................................................... 3
C.
Indikator-indikator Kemiskinan .................................................................................... 4
D.
Mengukur Kemiskinan ................................................................................................. 4
E.
Penyebab Kemiskinan.................................................................................................. 5
F.
Dampak Dari Kemiskinan Terhadap Masyarakat ......................................................... 7
G.
Kemiskinan Di Lihat Dari 2 Aspek ............................................................................... 7
H.
Kebijaksanaan Dasar Pengentasan Kemiskinan ............................................................ 8
I.
Perkembangan Tingkat
Kemiskinan di Indonesia .......................................................... 9
J.
Kebijakan dan Program
Penuntasan Kemiskinan
.......................................................... 9
K.
Upaya Pemerintah Mengatasi Masalah Kemiskinaan .................................................. 11
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................................... 15
B.
Saran......................................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permasalahan yang tengah
dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan lahir bersamaan dengan
keterbatasan sebagian manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Kemiskinan telah
ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia
dapat dipastikan adanya golongan konglomerat dan golongan melarat. Dimana
golongan yang konglomerat selalu bisa memenuhi kebutuhannya, sedangkan golongan
yang melarat hidup dalam keterbatasan materi yang membuatnya semakin terpuruk.
Pada sebagian besar pendapat
manusia mengenai kemiskinan pada intinya mereka berpendapat bahwa kemiskinan
menggambarkan sisi negatif, yaitu pengamen yang membuat tidak nyaman pengguna
jalan raya, pengemis, gubuk kumuh dibawah jembatan layang yang nampak tidak
indah, mencemari sungai karena membuang sampah sembarangan, penjambretan,
penodongan, pencurian,dll. Dengan demikian, kemiskinan sangat indentik dengan
kotor, kumuh, malas, sulit diatur, tidak disiplin, sumber penyakit, kekacauan
bahkan kejahatan.
Sebagai masalah yang menjadi
isu global disetiap negara berkembang, wacana kemiskinan dan pemberantasanya
haruslah menjadi agenda wajib bagi para pemerintah pemimpin negara. Peran serta
pekerja sosial dalam menagani permasalahan kemiskinan sangat diperlukan,
terlebih dalam memberikan masukan (input) dan melakukan perencanaan strategis
tentang apa yang akan menjadi suatu kebijakan dari pemerintah.
B.
Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang:
1.
Apa pengertian kemiskinan?
2.
Bagaimana cara mengukur
kemiskinan?
3.
Apa saja penyebab kemiskinan?
4.
Bagaimana keadaan kemiskinan
di Indonesia?
5.
Apa saja yang harus
diprioritaskan dalam pengentasan
6.
Kemiskinan ?
C.
Tujuan Pembahasan
Tujuan
makalah ini adalah:
1.
Mengetahui pengertian
kemiskinan
2.
Mengetahui cara mengukur
kemiskinan
3.
Mengetahui penyebab kemiskinan
4.
Mengetahui keadaan kemiskinan
di Indonesia
D.
Manfaat
1.
Dapat mengetahui definisi kemiskinaan
2.
Dapat mengetahui penyebab kemiskinan
3.
Dapat mengetahui dampak kemiskinan
4.
Dapat mengetahui cara menaggulang kemiskinan
5.
Mengetahui upaya dan program pemerintah dalam
6.
pengentasan kemiskinan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan ,
pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam
berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1.
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhan pangansehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya
dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan
moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik danekonomi di seluruh dunia.
B.
Konsep Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
hidup kelompoknya dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun
fisiknya dalam kelompok tersebut.
Tiga dimensi (aspek atau segi)
kemiskinan,yaitu:Pertama, kemiskianan multidimensi artinya karena kebutuhan
manusia itu bermacam-macam, maka kemiskiananpun memiliki banyak aspek. Diliahat
dari kebijakan umum kemmiskinan meliputi aspek primer yang berupa mikin akan
asset-aset, organisaisi politik dan pengetahuan serta keterampilan san aspek
yang sekunder yang berupa miskin jaringan social dan sumber-sumber keuangan dan
informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut memanifestasikan dirinya dalam
bentuk kekurangan gizi,air dan perumahan yang tidak sehat dan perawatan
kesehatan yang kurang baik serta pendisikan yang jug
a kurang baik .Kedua, Aspek kemiskinan tadi saling berkaitn baik secara maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.
a kurang baik .Kedua, Aspek kemiskinan tadi saling berkaitn baik secara maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya.
Ketiga, bahwa yang miskin
adalah manusianya baik secara individual mupun kolektif. Kita seering mendengar
perkataan kemiskinan pesesaan (rural proferty) dan sebagainya, namun ini bukan
desa atau kota, an sich yang mengalami kemiskianan tetapi orang – orang atau
penduduk atau juga manusianya yang menderita miskin jadi miskin adalah
orang-orangnya penduduk atau manusianya Adapun cirri-ciri kemiskinan pada
umumnya adalah. Pertama pasda umumya mereka tidak memiliki factor produksi
seperti tanah modal ataupun keterampilan sehingga kemmpuan untuk memperoleh
pendapatan menjadi terbatas. Kedua mereka tidak memmiliki kemungkinan untk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri. Ketiga tingkat poendidikan
rendah waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan
penghasilan. Keempat kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Kelima mereka yang
hidup di kota masih berusia muda dan tidak didujung oleh keterampilan yang
memadai.
C.
Indikator-indikator
Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan
penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan
tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan
Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
1.
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
(sandang, pangan dan papan).
2.
Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar
lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3.
Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya
investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4.
Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat
individual maupun massa.
5.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
terbatasnya sumber daya alam.
6.
Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial
masyarakat.
7.
Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata
pencaharian yang berkesinambungan.
8.
Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik
maupun mental.
9.
Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial
(anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marginal dan terpencil).
D.
Mengukur Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan
dalam dua kategori, yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set
standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara.
Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang
makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawahUSD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk
pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1
miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang
didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari." Proporsi penduduk negara
berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990
menjadi 21% pada 2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk
dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang
separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu
tersebut.
Gambar : Jumlah penduduk
miskin di Indonesia dari tahun ke tahun Meskipun kemiskinan yang paling parah
terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap
region.
Di negara-negara maju, kondisi
ini menghadirkan kaum tuna wisma yang
berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghettoyang
miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin,
atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk
menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
E.
Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan sangat
kompleks, sehingga perspektif dalam melihat berdasarkan persoalan real dalam
masyarakat tersebut. Persoalan real dalam masyarakat biasanya karena adanya
kecacatan individual dalam bentuk kondisi dari kelemahan biologis, psikologis,
maupun kultural sehingga dapat menghalanginya untuk memperoleh peruntungan
untuk dapat memajukan hidupnya. Kelompok yang masuk dalam golongan yang tidak
beruntung, yaitu kemiskinan fisik yang lemah, kerentaan, keterisolasian dan
ketidakberdayaan.
Pada umumnya di Negara
Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di
Indonesia, Seperti kita ketahui lapangan pekerjaan yang terdapat di Indonesia
tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang ada dimana lapangan pekerjaan lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian banyak penduduk
di Indonesia yang tidak memperoleh penghasilan itu menyebabkan kemiskinan di
Indonesia.
2.
Tidak meratanya pendapatan penduduk Indonesia
Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan
relative tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian
penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini yang diusebut
tidak meratanya pendapatan penduduk di Indonesia.
3.
Tingakat pendidikan masyarakat yang rendah Banyak
masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendidikan yang di butuhkan oleh
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja. Dan pada umumya untuk memperoleh
pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi pula atau
minimal mempunyai memiliki ketrampilan yang memadai dehingga dapat memp[eroleh
pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dehari-hari sehingga kemakmuran
penduduk dapat terlaksana dengan baik dan kemiskinan dpat di tanggulangi.
4.
Merosotnya standar perkembangan pendapatan
per-kapita secara global. Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa
standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada
pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan
per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas
menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a.
Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b.
Politik ekonomi yang tidak sehat.
c.
Faktor-faktor luar neger, diantaranya:
1)
Rusaknya syarat-syarat perdagangan
2)
Beban hutang
3)
Kurangnya bantuan luar negeri, dan
4)
Perang
5.
Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan.
Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan
yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
6.
Biaya kehidupan yang tinggi. Melonjak tingginya
biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya
keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah
konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena
kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan
banyaknya pengangguran.
7.
Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang
merata. Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan
jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan
sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh
pajak negara.
8.
Kurangnya perhatian dari pemerintah. Masalah
kemiskinan bisa dibilang menjadi maslah Negara yang semakin berkembang setiap
tahunnya dan pemerintah sampai sekarang belum mampu mengatasi masalah tersebut.
Kureangnya perhatian pemerintah akan maslah ini mungkin menjadi salah satu
penyebnya.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1.
Penyebab individual, atau patologis, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si
miskin.
2.
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan
dengan pendidikan keluarga.
3.
Penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
5.
Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa
kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa
kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun
di Amerika Serikat (negara
terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan
publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
F.
Dampak Dari Kemiskinan Terhadap Masyarakat
Banyak dampak yang terjadi
yang disebabkan oleh kemiskinan diantaran adalah sebagai berikut:
1.
Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dari sangat
rendah Ini berarrti dengan adanya tingkat kemiskian yang tinggi banyak
masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan
hidup masyarakat.
2.
Tingkat kematian meningkat, ini dimksudkan bahwa
masyarakat Indonesia banyak yang menagalmi kemtain akibat kelaparan atau
melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan yang
di alami.
3.
Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena
tidak mampu untuk membeli kebutuha akan makanan yang merka makan sehari-hari.
4.
Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah)
ini menyebnabkan masyarakat si Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk
memperoleh pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk
memperoleh pendapatan.
5.
Tingakat kejahatan meningkat , Masyarakat Indonesia
jadi terdesak untuk memperoleh pendapatan dengan cara-cara kejahatan karena
dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai modal yaitu ilmu dan ketermpilan
yang cukup.
G.
Kemiskinan Di Lihat Dari 2 Aspek
1.
Dilihat dari Aspek Sosial
Adapun kemiskinan yang dilihat
dari aspek sosial, yaitu:
a.
Kemiskinan, meliputi kelompok warga yang
menyandang ketidakmampuan sosial ekonomi atau warga yang rentan menjadi miskin
seperti: (1) keluarga fakir miskin; (2) keluarga rawan sosial ekonomi; (3)
warga masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh.
b.
Keterlantaran, meliputi warga masyarakat yang
karena sesuatu hal mengalami keterlantaran fisik, mental dan sosial, seperti:
(1) balita terlantar, (2) anak dan remaja terlantar, termasuk anak jalanan dan
pekerja anak, (3) orang dewasa terlantar, (4) keluarga bermasalah sosial
psikologis, dan (5) lansia terlantar.
c.
Kecacatan, meliputi warga masyarakat yang
mengalami kecacatan fisik dan mental sehingga terganggu fungsi sosialnya,
seperti: (1) cacat veteran, (2) cacat tubuh, (3) cacat mental (retardasi, cacat
mental psychotik), (3) tuna netra, (4) tuna rungu wicara dan (5) cacat bekas
penderita penyakit kronis.
d.
Ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, meliputi warga masyarakat yang mengalami gangguan fungsi-fungsi
sosialnya akibat ketidakmampuannya mengadakan penyesuaian (social
adjusment) secara normatif, seperti: (1) tuna susila, (2) anak konflik
dengan hukum/ nakal, (3) bekas narapidana, (4) korban narkotika, (5)
gelandangan; (6) pengemis dan (7) korban HIV/AIDS dan (8) eks penyakit kronis
terlantar.
e.
Keterasingan/ keterpencilan dan atau berada dalam
lingkungan yang buruk, meliputi warga masyarakat yang berdomisili di
daerah yang sulit terjangkau, atau terpencar-pencar, atau berpindah-pindah,
yang lazim disebut Komunitas Adat Terpencil.
f.
Korban Bencana Alam dan Sosial, meliputi warga
masyarakat yang mengalami musibah atau bencana, seperti: (1) korban bencana
alam, dan (2) korban bencana sosial yang disebabkan oleh konflik sosial dan
kemajemukan latar belakang sosial budaya.
g.
Korban Tindak Kekerasan, Eksploitasi dan
Diskriminasi, meliputi warga masyarakat yang mengalami tindak kekerasan,
seperti: (1) anak yang dilacurkan, diperdagangkan dan bekerja dalam situasi
terburuk (2) wanita korban tindak kekerasan, (3) Lanjut Usia korban tindak
kekerasan; (4) pekerja migran korban tindak kekerasan, eksploitasi dan
diskriminatif.
2.
Dilihat dari Aspek Politik
Secara politik, kemiskinan dilihat dari tingkat
akses terhadap (power). Kekuasaan dalam pengertian ini mencangkup tatanan
sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam
menjangkau dan menggunakan Sumber Daya. Sehingga masyarakat miskin biasanya
adalah yang jauh dari pusat kekuasan karena kekuasaan adalah tangan baja untuk
mengeruh Sumber Daya yang tersedia. Dilihat dari aspek politik ini pula ada
kaitannya dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan,
diskriminatif posisi lemah dalam proses pengambilan keputusan, serta lemahnya
posisi untuk menuntut hak.
H.
Kebijaksanaan Dasar Pengentasan Kemiskinan
Kebijaksaaan penanggulangan
kemiskianan dapat di kategorikan menjadi dua yaitu kebijaksanaan:
1.
Kebijaksanaan tidak lansung
Kebijaksanaan tidak lansung
diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya
penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan anatara lain adalah suasana
social politik yang tentera,ekonomi yang stabil dan budaya yang berkembang.
Upaya penggolongan ekonomi makro yang yang berhati-hati melalui kebijaksanaan
keuangan dan perpajakan merupakan bagian dari upaya menaggulangi kemiskinan.
Pengendalain tingkat inflasi diarahkan pada penciptaan situsasi yang kondusif
bagi upaya penyediaan kebutuhan daasar seperti
sandang,pangan,papan,pendidikan,dan kesehatan dengan harga yang terjangkau oleh
penduduk miskin.
2.
Kebijaksanaan langsung
Kebijaksaan langsung diarahkan
kepada peningkatan peran serta dan peroduktifitas sumber daya manusi, khususnya
golongan masyarakat berpendapatan rendah, melalui penyediaan kebutuhan dasar
seperti sandang pangan papan kesehatan dan pendidikan,serta pengembangan
kegiatan-kegiatan social ekonomi yang bekelanjutan untuk mendorong kemandirian
golangan masyarakat yang berpendapatan rendah. Pemenuhan kebutuhan dasar akan
memberiakn peluang bagi penduduk miskin untuk melakukan kegiatan social–ekonomi
yang dapat memberikan pendapatan yang memadai. Dalam hubungan ini, pengembangan
kegiatan social ekonomi rakyat diprioritaskan pada pengembangan kegiatan social
ekonomi penduduk miskin di desa-desa miskin berupa peningkatan kualitas sumber
daya manusia dan peningkatan permodalan yang didukung sepenuhnya dengan
kegiatan pelatih yang terintegrasi sejak kegiatan penghimpunan modal,
penguasaan teknik produksi,pemasaran hasil dan pengelolaan surplus usaha.
I.
Perkembangan Tingkat
Kemiskinan di Indonesi
Bagaimana perkembangan tingkat
kemiskinan di Indonesia? Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
meluncurkan laporan tahunan Pembangunan manusia (Human Development Report) 2006
yang bertajuk Beyord scarcity; power, poverty dan the global water. Laporan ini
menjadi rujukan perencanaan pembangunan dan menjadi salah satu Indikator
kegagalan atau keberhasilan sebuah negara menyejahterakan rakyatnya. Selama
satu dekade ini Indonesia berada pada Tier Medium Human Development peringkat
ke 110, terburuk di Asia Tenggara setelah Kamboja.
Jumlah kemiskinan dan
persentase penduduk miskin selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, meskipun
ada kecenderungan menurun pada salah satu periode (2000-2005). Pada periode
1996-1999 penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta, yaitu dari 34,01
juta(17,47%) menjadi 47,97 juta (23,43%) pada tahun 1999. Kembali cerah ketika
periode 1999-2002, penduduk miskin menurun 9,57 juta yaitu dari 47,97 (23,43%)
menurun menjadi 38,48 juta (18,20%). Keadaan ini terulang ketika periode
berikutnya (2002-2005) yaitu penurunan penduduk miskin hingga 35,10 juta pada
tahun 2005 dengan presentasi menurun dari 18,20% menjadi 15,97 %. Sedangkan
pada tahun 2006 penduduk miskin bertambah dari 35,10 juta (15,97%) menjadi
39,05 juta (17,75%) berarti penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta
(1,78%).
Adapun laporan terakhir, Badan
Pusat Statistika ( BPS ) yang telah melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) pada bulan Maret 2007 angka resmi jumlah masyarakat miskin adalah
39,1 juta orang dengan kisaran konsumsi kalori 2100 kilo kalori (kkal) atau
garis kemiskinan ketika pendapatan kurang dari Rp 152.847 per-kapita per bulan.
J.
Kebijakan dan
Program Penuntasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan
kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan penanggulangan kemiskinan
sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan
merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan
dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta
digunakan sebagai acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama
dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi
Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah disusun melalui proses
partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia.
Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite
penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di
daerah dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek
yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
1.
Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i)
penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama
daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan
dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada
daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi
Khusus (DAK) .
2.
Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan
melalui bantuan dana stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja
dan meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
3.
Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk
miskin diberikan pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan
program belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii)
jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan
rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh
dari upaya mengatasi kemiskinan di Indonesia. Contoh dari upaya kemiskinan
adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung dengan diadakannya Bandung
Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25 Februari 1998. Bandung
Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan kegiatannya pada upaya
menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-orang yang berada di bawah
garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan, Bandung Peduli berpegang teguh pada
wawasan kemanusiaan, tanpa mengindahkan perbedaan suku, ras, agama,
kepercayaan, ataupun haluan politik.
Oleh karena sumbangan dari
para dermawan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan permasalahan
kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi, maka Bandung Peduli melakukan
targetting dengan sasaran bahwa orang yang dibantu tinggal di Kabupaten/
Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong fakir. Golongan fakir yang
dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling miskin bila diukur dengan
“Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.
K.
Upaya Pemerintah Mengatasi Masalah Kemiskinaan
Beberapa program yang dilakukan
oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan
arah pembangunan pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program
tersebut meliputi 5 hal antara lain :
1.
Menjaga stabilitas harga bahan
kebutuhan pokok
2.
Mendorong pertumbuhan yang
berpihak pada rakyat miskin
3.
Menyempurnakan dan memperluas
cakupan program pembangunan
4.
berbasis masyarakat.
5.
Meningkatkan akses masyarakat
miskin kepada pelayanan dasar
6.
Membangun dan menyempurnakan
sistem perlindungan sosial bagi
7.
masyarakat miskin.
Dari lima
fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin yang ada
dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang
dilakukan pemerintah terkait lima program tersebut antara lain:
1.
Menjaga stabilitas harga bahan
kebutuhan pokok. Program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin
atau keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan
kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang berkaitan dengan fokus ini
seperti :
a.
Penyediaan cadangan beras
pemerintah 1 juta ton
b.
Stabilisasi/kepastian harga
komoditas primer
2.
Mendorong pertumbuhan yang
berpihak pada rakyat miskin. Program ini bertujuan mendorong terciptanya dan
terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi
masyarakat atau keluarga miskin. Beberapa program yang berkenaan dengan fokus
ini antara lain:
a.
Penyediaan dana bergulir untuk
kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan
konvensional.
b.
Bimbingan teknis/pendampingan dan
pelatihan pengelola Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Koperasi Simpan Pinjam (KSP).
c.
Pelatihan budaya, motivasi usaha
dan teknis manajeman usaha mikro
d.
Pembinaan sentra-sentra produksi
di daerah terisolir dan tertinggal
e.
Fasilitasi sarana dan prasarana
usaha mikro
f.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir
g.
Pengembangan usaha perikanan
tangkap skala kecil
h.
Peningkatan akses informasi dan
pelayanan pendampingan pemberdayaan dan ketahanan keluarga
i.
Percepatan pelaksanaan pendaftaran
tanah
j.
Peningkatan koordinasi
penanggulangan kemiskinan berbasis kesempatan berusaha bagi masyarakat miskin.
3.
Menyempurnakan dan memperluas
cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan
untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan
perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan
kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus
ketiga ini antara lain :
a.
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan
b.
Program Pengembangan Infrastruktur
Sosial Ekonomi Wilayah
c.
Program Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Khusus
d.
Penyempurnaan dan pemantapan
program pembangunan berbasis masyarakat.
4.
Meningkatkan akses masyarakat
miskin kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk
meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan,
dan prasarana dasar. Beberapa program yang berkaitan dengan fokus ini antara
lain :
a.
Penyediaan beasiswa bagi siswa
miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs).
b.
Beasiswa siswa miskin jenjang
Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah kejuruan/Madrasah Aliyah
(SMA/SMK/MA).
c.
Beasiswa untuk mahasiswa miskin
dan beasiswa berprestasi.
d.
Pelayanan kesehatan rujukan bagi
keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit.
5.
Membangun dan menyempurnakan sistem
perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan
melindungi penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan
sosial dan ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti :
a.
Bantuan sosial untuk masyarakat
rentan, korban bencana alam, dan korban bencana sosial.
b.
Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat
miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi
dan pemeriksaan rutin BALITA, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SD/MI
dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian bantuan sosial kepada
keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program Keluarga Harapan (PKH).
c.
Pendataan pelaksanaan PKH (bantuan
tunai bagi RTSM yang memenuhi persyaratan).
Berikut ini adalah program-pogram
pemerintah dalam menanggulagi kemiskinan di Indonesia.
1.
Anggaran untuk program-program yang berkaitan
langsung maupun tidak langsung dengan penanggulangan kemiskinan dan
pengangguran dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan berbasis komunitas dan
kegiatan padat karya.
2.
Mendorong APBD provinsi, kabupaten dan kota pada
tahun-tahun selanjutnya untuk meningkatkan anggaran bagi penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja
3.
Tetap mempertahankan program lama seperti:
a.
BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
b.
RASKIN (Beras Miskin)
c.
BLT (Bantuan Langsung Tunai)
d.
Asuransi Miskin, dsb
4.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga
khususnya harga beras (antara lain: menjaga harga beras dipasaran tidak lebih
dari Rp.5000,- per Kg)
5.
Memberikan kewenangan yang lebih luas kepada
masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan.
6.
Sinergi masyarakat dengan pemerintah dalam
penanggulangan kemiskinan.
7.
Mendayagunakan potensi dan sumberdaya lokal sesuai
karakteristik wilayah.
8.
Menerapkan pendekatan budaya lokal dalam proses
pembangunan.
9.
Prioritas kelompok masyarakat paling miskin dan
rentan pada desa-desa dan kampung-kampung paling miskin.
10. Kelompok masyarakat dapat
menentukan sendiri kegiatan pembangunan yang dipilih tetapi tidak
tercantum dalam negative list.
11. Kompetitif: desa-desa dalam
Kecamatan haus berkompetisi untuk memperbaiki kualitas kegiatan dan cost
effectiveness.
12. PPK, P2KP, PPIP, SPADA dan
diperkuat program-program kementrian /lembaga.
13. Program Keluarga Harapan
(PKH), berupa bantuan khusus untuk pendidikan dan kesehatan.
14. Program pemerintah lain yang
bertujuan meningkatkan akses masyarakat miskin kepada sumber permodalan
usaha mikro dan kecil, listrik pedesaan, sertifikasi tanah, kredit mikro.
15. Program Pengembangan Bahan
Bakar Nabati (EBN). Program ini dimaksudkan untuk mendorong kemandirian
penyediaan energi terbaukan dengan menumbuhkan “Desa Mandiri Energi”.
16. Penegakan hukum dan HAM,
pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi.
17. Percepatan pembangunan
infrastruktur.
18. Pembangunan daerah perbatasan
dan wilayah terisolir.
19. Revitalisai pertanian,
perikanan, kehutanan, dan perdesaan.
20. Peningkatan kemampuan
pertahanan, pemantapan keamanan dan ketertiban, serta penyelesaian konflik.
21. Peningkatan aksesbilitas dan
kualitas pendidikan dan kesehatan.
22. Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).
Ada beberapa program yang
perlu dilakukan agar kemiskinan di Indonesia bisa dikurangi.
1.
Meningkatkan pendidikan rakyat. Sebisa mungkin
pendidikan harus terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Banyaknya sekolah
yang rusak menunjukkan kurangnya pendidikan di Indonesia. Tentu bukan hanya
fisik, bisa jadi gurunya pun kekurangan gaji dan tidak mengajar lagi.
2.
Pembagian tanah/lahan pertanian
untuk petani. Paling tidak separuh rakyat (sekitar 100 juta penduduk) Indonesia
masih hidup di bidang pertanian. Menurut Bank Dunia, mayoritas petani Indonesia
memiliki lahan kurang dari 0,4 hektar. Bahkan ada yang tidak punya tanah dan
sekedar jadi buruh tani. Kadang terjadi tawuran antar desa hingga jatuh korban
jiwa hanya karena memperebutkan lahan beberapa hektar!
3.
Tutup bisnis pangan kebutuhan
utama rakyat dari para pengusaha besar. Para petani/pekebun kecil sulit untuk
mengekspor produk mereka. Sebaliknya para pengusaha besar dengan mudah
mengekspor produk mereka (para pengusaha bisa menekan/melobi pemerintah)
sehingga rakyat justru bisa kekurangan makanan atau harus membayar tinggi sama
dengan harga Internasional. Ini sudah terbukti dengan melonjaknya harga minyak
kelapa hingga 2 kali lipat lebih dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan akibat
kenaikan harga Internasional. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.
4.
Lakukan efisiensi di bidang pertanian.
Perlu dikaji apakah pertanian kita efisien atau tidak. Jika pestisida kimia
mahal dan berbahaya bagi kesehatan, pertimbangkan predator alami seperti burung
hantu untuk memakan tikus, dsb. Begitu pula jika pupuk kimia mahal dan
berbahaya, coba pupuk organik seperti pupuk hijau/kompos. Semakin murah biaya
pestisida dan pupuk, para petani akan semakin terbantu karena ongkos tani
semakin rendah.
5.
Data produk-produk yang masih kita impor. Kemudian
teliti produk mana yang bisa dikembangkan di dalam negeri sehingga kita tidak
tergantung dengan impor sekaligus membuka lapangan kerja. Sebagai contoh jika
mobil bisa kita produksi sendiri, maka itu akan sangat menghemat devisa dan
membuka lapangan kerja. Ada 1 juta mobil dan 6,2 juta sepeda motor terjual di
Indonesia dengan nilai lebih dari Rp 200 trilyun/tahun. Jika pemerintah
menyisihkan 1% saja dari APBN yang Rp 1.000 trilyun/tahun untuk
membuat/mendukung BUMN yang menciptakan kendaraan nasional, maka akan terbuka
lapangan kerja dan penghematan devisa milyaran dollar setiap tahunnya.
6.
Stop eksploitasi atau pengurasan kekayaan alam oleh
perusahaan asing. Kelola sendiri. Banyak kekayaan alam kita yang dikelola oleh
asing dengan alasan kita tidak mampu dan sedang transfer teknologi.
Kenyataannya dari tahun 1900 hingga saat ini ketika minyak hampir habis kita
masih ”transfer teknologi”.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang,
perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Masalah dasar pengentasan
kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan
adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin
meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan
semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini
adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika
terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua
lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030
kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.
B.
Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di
zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan
eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam
menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan
kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang
standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Eko Ph.D.( 2009), “ Kemiskinan & Perlindungan Sosial di
Indonesia, Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan”,:
Bandung
Edi Suharto. Phd. Konsep Kemiskinan dan Strategi
Penanggulangannya.
Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan, Depok, Lembaga
penerbit fakultas ekonomi universitas Indonesia,1978